SITUS MOHAMMAD ARSIN

SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI " WWW.MOHAMMAD ARSIN.BLOGSPOT.COM" SEMOGA BERMANFA'AT

Jumat, 01 Juli 2016

PEMBAHARUAN PEMIKIRIAN TENTANG MEMPELAJARI RUH

PEMBAHARUAN PEMIKIRIAN TENTANG MEMPELAJARI RUH

Berawal dari QS. Al-Isro ayat 85
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah wahai muhammad bahwa ruh itu urusan Tuhanku, dan tidaklah kuberikan ilmu kepada kalian kecuali sedikit."
Ayat ini yang sesungguhnya memiliki satu substansi, namun sering dipenggal oleh sebagian orang sehingga menjadi dua substansi.  Sepenggal ayat yaitu
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah wahai muhammad bahwa ruh itu urusan Tuhanku."
Penggalan ayat diatas sering dijadikan dalil bahwa ruh jangan dipelajari. 
Sedangkan penggalan ayat yang lainnya yaitu:
وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
"Dan tidaklah kuberikan ilmu kepada kalian kecuali sedikit."
Ayat ini sering dijadikan dalil untuk menutupi kekurangan pengetahuan. 
Dampaknya sangat signifikan terhadap kemunduran umat islam, diantaranya;
1.      Umat islam; jangankan mengolah ruh, mempelajarinya saja tidak berani. Padahal menurut imam al Ghazali dalam kitabnya Ihya-u 'Ulumiddin, ruh itu semakna dengan qalbu yaitu dimensi ketuhanan dalam diri manusia, merupakan pusat kontrol manusia itu sendiri. Apabila ruhnya baik maka baik pula tingkah lakunya, dan apabila ruhnya rusak, maka rusak pula tingkah lakunya. Contoh 
"Subuh banyakan yang sholat dirumah apa dimasjid?"."Di rumah !"
"Yang sakit badannya apa ruhnya?" ."Ruhnya !"
Orang yang malas, baik malas dalam beribadah ataupun bekerja, yang sakit itu bukan badannya tapi ruhnya dan banyak lagi dampak negatif yang disebabkan sakitnya ruh.
2.      Umat islam banyak yang merasa cukup dengan ilmu yang sudah dimiliki, tidak mau meningkatkan kemampuan. Bahkan ada yang sampai putus asa karena dicekoki dengan pemahaman wamaa uutiitum minal ilmi illa qolilla, "Manusia itu ilmunya sedikit".
Padahal kalau dikaji menggunakan ilmu nahwu dan balaghoh yang benar, ayat tersebut tidaklah bermaksud seperti yang disebutkan di atas. Berikut terjemahan pangersa uwa, KH. Zezen ZA Bazul Asyhab terhadap ayat tersebut:
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, maka katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhanku DAN BENAR-BENAR TELAH KUBERIKAN ILMU TENTANG RUH KEPADA KALIAN SEMUA DALAM KADAR SEDIKIT".
Mengapa pangersa uwa menterjemahkannya seperti demikian? Berikut uraian beliau :
1 - وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيل
Antara penggalan ayat pertama dan kedua dihubungkan dengan "wau" ( و) yang menurut ilmu nahwu merupakan haraf athaf bermakna muthlaqul jam'i artinya kedua penggalan ayat tsb memiliki kesatuan substansi. Jangan ada pemisahan substansi.

وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
"Maa" (ما) yang ada pada kalam diatas adalah maa nafi, yang kemudian diikuti oleh istisna (lafadz illa), dalam ilmu balaghah susunan seperti itu disebut qoshor/takhshis (membatasi/ mengkhususkan). Dalam jauhar al maknun syekh abdurrohman al akhdhori menyebutkan :
وادوات القصر الا انما # عطف وتقديم كما تقدما
Karena susunan ayat tadi termasuk qoshor/takhsis, maka pangersa uwa menterjemahkannya dengan "DAN BENAR-BENAR TELAH KUBERIKAN".
مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
Kemudian lafadz "ilmu" pada ayat diatas menggunakan alif lam. Dalam qowaidul irob alif lam fungsinya banyak, diantaranya lil 'ahdidzdzihni, artinya menyimpan makna mengenai suatu hal yang sudah disebut sebelumnya. Maka ilmu yang dimaksud pada ayat tersebut adalah ilmu tentang ruh, karena sebelumnya membicarakan tentang ruh.
Berdasarkan penelaahan di atas, maka lahirlah terjemah surat al isro ayat 85 menjadi
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, maka katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhanku DAN BENAR-BENAR TELAH KUBERIKAN ILMU TENTANG RUH KEPADA KALIAN SEMUA DALAM KADAR SEDIKIT".
Apabila terjemahannya demikian, maka informasi yang kita terimapun berubah. Bukan kita 'tidak boleh' mempelajari ruh, tapi justru 'harus'. Disebutkan ilmu tentang ruh yang Alloh berikan sedikit, itu menurut ukuran Alloh. Sedikit menurut Alloh adalah maha banyak dalam ukuran manusia. 
Ibaratnya kita memancing dikolam lalu dapat ikan mas sebesar paha orang dewasa, tentu kita mengatakan itu ikan yang sangat besar. Namun kalau kita mancing ikan dilautan ,tentulah ikan sebesar paha itu jadi kecil. Karena dilautan yang luas, kita bisa menemukan ikan yang lebih besar seperti hiu dan paus.
Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jailany qs adalah seorang ahli ilmu, hafidzul Quran, beliau hafal al Quran pada usia 10 tahun. Selama hidupnya beliau menyusun puluhan kitab, di bidang tasawuf, fiqih, tauhid, tafsir dan lain-lain. Kalau membicarakan Syekh Abdul Qodir, jangan hanya disebutkan karomatnya saja, kesaktiannya saja, karena itu akan membentuk opini masyarakat terhadap Syekh Abdul Qodir sebagai seorang pendekar, manusia sakti. Kita harus sampaikan juga kecerdasan beliau dalam bidang lain. 
Pantaslah dalam kitabnya sirrul asror, sebelum membahas yang lain beliau mendahulukan membahas ruh. 
Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ruh ada 4 lapis, yang dituangkan dalam sebuah nadzom/sya'ir sederhana oleh pangersa uwa:
Alam mulki, malakut, jabarut, lahut
Jasad, qolbu, fuad, sirri olah tungtut
Ruh jismani, nuroni, sulthoni, qudsi
Urang terus berjuang nembuskeun diri
(Alam mulki, malakut, jabarut, lahut
Jasad, qolbu, fuad, sirri olah runtut
Ruh jismani, nuroni, sulthoni, qudsi
Kita terus berjuang tembuskan diri)


Download Button

Tidak ada komentar: